Perkembangan Remaja SMA

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Masa SMA yang memiliki rentan usia 15-18 tahun bisa dikatakan merupakan masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah masa remaja. Masa remaja merupakan suatu tahap transisi menuju ke status yang lebih tinggi yaitu status sebagai orang dewasa. Berdasarkan teori perkembangan, masa remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). . Perasaan yang masih labil pada remaja dapat menimbulkan rasa ketergantungan terhadap orang lain karena rasa ketidak mampuan yang mereka miliki. Sifat ketergantungan yang diiringi dengan kebimbangan tersebut dapat membahayakan diri remaja itu sendiri, disaat mereka membutuhkan sesuatu untuk bergantung namun mereka sendiri masih mengalami kebimbangan dalam perasaannya kemungkinan besar dapat membuat mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Masa-masa ini dapat dikatakan sebagai masa badai bagi seseorang, dimana akan terjadi perombakan besar terhadap hidupnya, sehingga dalam fase ini benar-benar dibutuhkan peran orang tua, peran guru, peran lingkungan, dan peran teman-teman sebayanya untuk membawa dia ke ranah positif dari kehidupan.

Suatu masa transisi tidak  hanya akan memberikan dampak negatif bagi seorang remaja, masa transisi tersebut juga bisa memberikan keuntungan kepada remaja yaitu suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta mempersiapkan masa depannya. Seorang remaja yang sadar betul akan pentingnya tahap ini akan lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan, dengan sikap awasnya tersebut menjadikannya sebagai sosok yang memiliki rasa kemandirian. Kemandirian dalam menentukan jalan hidupnya, menentukan mana yang terbaik bagi masa depannya kelak. Berbagai faktor juga dapat memegang kendali dalam tahap ini baik faktor yang datang dari dalam maupun luar individu remaja, sehingga dalam makalah ini akan di bahas bagaimana karakteristik remaja terutama siswa SMA dalam tahap perkembangannya.

 

  1. Rumusan masalah
  2. Apa Pengertian Remaja Pertengahan Fase SMA?
  3. Apa Saja Tugas Perkembangan Remaja?
  4. Apa Saja Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja SMA?
  5. Bagaimana Kondisi Objektif Remaja SMA Berdasarkan Observasi?
  6. Apa saja masalah pada fase remaja SMA dan bagaimana cara penyelesaian pada fase remaja SMA?
  7. Tujuan
  8. Mengetahui dan memahami Pengertian Remaja Pertengahan Fase SMA.
  9. Mengetahui dan memahami Tugas Perkembangan Remaja.
  10. Mengetahui dan memahami Perubahan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja SMA.
  11. Meninjau Kondisi Remaja SMA di lapangan Berdasarkan Observasi.
  12. Meninjau masalah dan cara penyelesaian masalah pada fase remaja SMA.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. PENGERTIAN REMAJA PERTENGAHAN FASE SMA

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

Dari beberapa pengertian di atas masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Fase-fase masa remaja menurut Monks dkk. (2004) dibatasi antara usia 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Remaja pertengahan (madya) merupakan masa perkembangan remaja pada usia 15-18 tahun. Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut: Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan; Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder; Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing; Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas yakni remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

  1. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16): Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.

Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas.

Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.

Tugas Perkembangan Masa Remaja

  1. a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
  2. b) Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
  3. c) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
  4. d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
  5. e) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
  6. f) Memilih dan mempersiapkan karier.
  7. g) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
  8. h) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
  9. i) Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
  10. j) Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.

 

  1. PERUBAHAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA SMA

Menurut Hunkins (1980), siswa SMA cenderung  berkarakteristik  berikut.Secara fisik:

  1. umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap;
  2. Individu-individu ini kian menyerupai orang dewasa: tulang-tulang tumbuh kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi;
  3. Meningkatnya energi gerak pada setiap individu.Secara mental:
  4. Individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka;
  5. Keadaan mental remaja itu terus berlanjut dan untuk berusaha keras suntuk menjadi mandiri;
  6. Dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini kerap memperlihatkan perubahanmoodyang ekstrem, dari yang kooperatif hingga yang suka memberontak;
  7. Kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individu-individu itu sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda kelamin;
  8. Berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah  dengan membuat penilaian sendiri.

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara continue, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979). Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991), begitu pula dengan perkembangan karakteristik remaja terutama siswa SMA.

Berikut merupakan perkembangan karakteristik dari siswa SMA:

  1. Perkembangan Karakteristik Berupa Perkembangan Fisik.

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.

  1. Perkembangan Karakteristik Seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

  1. Perkembangan Karakteristik Berpikir, Cara Berfikir Kausalitas.

    Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

  1. Perkembangan Karakteristik Emosi Yang Cenderung Meluap-Meluap

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

  1. Perkembangan Karakteristik Dalam Kehidupan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja disekolah dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

  1. Perkembangan Karakteristik Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.

  1. Perkembangan Karakteristik Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

HASIL OBSERVASI

 

Langkah-langkah bimbingan yang dilakukan melalui teknik bimbingan kelompok dengan melibatkan beberapa siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok. Pertama, setiap pembimbing mendapat peranan untuk menciptakan suasana yang Rapport selama proses bimbingan, atau disebut dengan tahapan attending. Sehubungan dengan konseli yang berlatarbelakang siswa SMA (remaja pertengahan) maka upaya yang dilakukan adalah menciptakan suasana yang ramai pada saat proses bimbingan berlangsung. Selain itu, konselor menjadi pribadi yang kocak, menarik sehingga remaja akan mudah mengeksplor pengalaman maupun permasalahannya, dari sinilah kemudian konselor melakukan observing dalam pengamatan fisik, emosional, intelektual konseli. Kedua, Konselor merespon perasaan konseli melalui beberapa pertanyaan yang diajukan konselor kepada konseli, maka konselor bersikap empati selama proses bimbingan. ketiga, konselor memberikan waktu yang luas kepada konseli untuk menyampaikan cara penyelesaiannya dalam setiap masalah. Keempat, tahap pengahiran. Konselor menutup proses bimbingan dengan mengevaluasi secara keseluruhan apa yang sudah disampaikan konseli.

  1. KONDISI OBJEKTIF REMAJA SMA BERDASARKAN OBSERVASI

Observasi dilaksanakan di sebuah SMK Lugina yang bertempat di Rancaekek Kabupaten Bandung. Siswa-siswi SMK merupakan remaja yang berada pada fase remaja pertengahan yaitu usia yang berkisar 15-18 tahun. Observasi ini meneliti beberapa perkembangan pribadi, emosional, sosial, belajar, karir, minat dan bakat.

 

  1. Perkembangan remaja SMA/SMK

Analisis terhadap perkembangan remaja SMA/SMK, bermula dari mengambil beberapa siswa untuk mengikuti proses bimbingan dengan melibatkan beberapa kategori siswa, yaitu:

  • Siswa-siswi yang menjadi ketua kelas
  • Siswa yang bermasalah (laki-laki dan perempuan)
  • Siswa yang aktif di kelas
  • Siswa yang pasif/pendiam di kelas

 

  1. Karakteristik Remaja SMA/SMK yang menjadi pemimpin

Beberapa siswa yang sudah diteliti melalui pengisian kuesioner dan melalui proses bimbingan, diketahui bahwa siswa-siswi remaja SMA  yang menjadi pemimpin di kelas memiliki karakteristik yang tegas dalam berbicara, mengatur kedisiplinan kelas, percaya diri yang tinggi, aktif di kelas, bahkan aktif dibeberapa organisasi di sekolah seperti Osis, rohis, English club,dll;  mereka cenderung terbuka namun ada beberapa diantaranya dapat  terbuka jika yang terjalin adalah hubungan komunikasi interpersonal bukan kelompok. Mereka yang terpilih menjadi pemimpin sesuai dengan perkembangan remaja, mereka masuk pada kematangan seksual lebih awal sehingga reputasi yang menyenangkan, sering dipilih menjadi pemimpin, populer, memiliki kepercayaan diri dan konsep diri yang baik, mampu menghadapi masalah sosial dengan baik.

Dari aspek sosial, para remaja ini mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial di sekolah, memperbanyak pertemanan didalam organisasi maupun diluar organisasi. Mereka mampu meramaikan suasana, dan mengakrabkan diri dengan teman-teman disekitarnya, mereka memiliki pendirian sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh teman, hal ini merupakan tugas perkembangan mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yaitu mereka mulai memilih kelompok teman yang sesuai dengan keinginannya yaitu teman yang aktif, nyambung diajak ngobrol, nyaman, solidaritas tinggi, saling memahami satu sama lain. Dan mereka juga memiliki hubungan tersediri dengan lawan jenisnya, sebagai bagian dari perkembangan sosial mereka dalam mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. Tempat-tempat yang disukai remaja ini diantaranya adalah sekolah, rumah, dan warnet.

Dari aspek emosional, remaja ini, cenderung tenang menghadapi masalah dan mencoba menyelesaikan masalahnya itu sendiri. Namun, seringkali cara mereka menyelesaikan masalah adalah dengan berkelahi karena merasa dirinya punya kekuasaan dan kedudukan di sekolah.  Orang-orang yang terlibat untuk mendengarkan cerita dari masalah-masalah yang dialami remaja ini adalah teman sebayanya, akan tetapi ada diantaranya memilih ibu sebagai orang yang mau mendengarkan dan memahami permasalahan anak remajanya.

Dari aspek perkembangan karir dan belajar. Tingkat berpikir mereka terhadap karir dan kondisi belajar meningkat dibandingkan dengan masa SMP. Mereka sudah memiliki banyak keinginan untuk perencanaan karir mereka kedepannya, diantaranya ada yang memikirkan untuk kuliah setelah lulus SMK ataupun kuliah sambil bekerja. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja bahwa para remaja ini ingin mencapai jaminan kemandirian ekonomi dan mencapai perilaku yang bertanggungjawab secara pribadi-sosial. Mereka cenderung memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik dari segi belajar maupun karir.

  1. Karakteristik Remaja SMA/SMK yang Bermasalah

Karakter untuk para remaja yang bermasalah di sekolah adalah mereka cenderung mudah terpengaruh oleh temannya. Dan  membuat masalah karena terbawa pergaulan teman seperti merokok di lingkungan sekolah, nongkrong di kantin saat jam pelajaran berlangsung. Adapun masalah lainnya adalah jarang mengikuti pelajaran disekolah (jarang masuk sekolah), kalaupun mengikuti pelajaran sekolah hanya beberapa pelajaran-pelajaran tertentu yang diikuti. Adapun lainnya beberapa remaja siswi ini bersikap manja, agresif terhadap lawan jenis, sehingga sifatnya ini tidak disukai oleh beberapa teman siswinya, dan reputasinya di sekolah kurang baik, hal ini karena perkembangan siswi mengalami kematangan seksual lebih awal. Perilaku para remaja ini, diakibatkan pula oleh pola asuh yang kurang baik, pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh neglected dan indulgent, hal ini membuat seorang anak merasa asuhan orangtuanya tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, seperti merasa pilih kasih terhadap saudaranya yang lain, ataupun merasa kurang diperhatikan. Mereka termasuk remaja yang menginginkan perhatian lebih sehingga mereka mencari perhatian dari orang lain lewat kenakalan atau membuat ulah/permasalahan dilingkungan luar rumah seperti sekolah sehingga mereka mampu dikenal di sekolah walaupun reputasi mereka yang kurang baik.

Dari aspek sosial, remaja ini mudah bergaul dan memperbanyak pertemanan dengan berbagai cara, seperti: mempengaruhi teman untuk satu geng/kumpulan (siwi centil), mudah berteman dengan siapa saja walaupun teman tersebut memberikan pengaruh yang negatif terhadap dirinya asalkan dia mendapatkan hubungan sosial yang luas. Beberapa diantaranya juga aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, namun mereka cenderung mengikuti kegiatan yang menantang seperti pecinta alam dan mengikuti kegiatan olahraga seperti futsal, volli serta lainnya tidak mengikuti ekstrakulikuler. Dari aspek emosional, mereka tidak dapat mengelola emosi dengan baik seringkali terbawa emosi karena teman-temannya yang lain memberikan penilaian yang tidak baik kepada mereka. Permusuhan antar teman juga sering terjadi karena emosi yang meluap-luap tidak terkendali, saling pukul-memukul, menjambak, melabrak, bertengkar antar mulut, dll. Dan orang-orang yang terlibat untuk mendengarkan permasalahannya adalah teman. Dari aspek perkembangan karir dan belajar, mereka cenderung memilih bekerja setelah lulus, sedikit diantaranya ada juga beberapa siswa-siswi yang ingin kuliah setelah lulus bahkan ada juga yang belum memikirkan karir kedepannya. Motivasi belajar terhadap dirinya kurang, karena beberapa faktor keluarga ataupun lingkungan sekolah yang semakin banyak persaingan sehingga porsi belajar menurun.

  1. Karakteristik Remaja SMA/SMK yang aktif dan pasif

Karakter untuk para remaja yang aktif di kelas adalah mereka yang selektif dalam berteman, fleksibel, dan  bersifat kritis dalam menanggapi permasalahan dan mampu mengungkapkan pertanyaan pada pelajaran yang tidak dipahami. Mereka menjalin pertemanan yang baik, dan ingin memberikan pengaruh yang positif terhadap temannya, mereka cenderung banyak memberikan masukan-masukan yang positif kepada temannya dan banyak teman yang ingin menjalin hubungan pertemanan dengan mereka karena mereka adalah orang yang aktif. Sedangkan remaja yang pasif dilingkungan sekolahnya adalah remaja yang berpendirian lemah, tidak percaya diri, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya sehingga banyak sendiri kadangkala banyak diam dan tidak banyak orang yang mau berteman dengannya.

Dari aspek sosial, remaja yang aktif membangun hubungan sosial dibeberapa organisasi yang diikuti seperti: Osis, Rohis, English Club, Futsal, Remaja Masjid, Kungfu Muslim. Mereka selektif dalam berteman dan tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan teman yang tidak baik. Dalam menyelesaikan masalah mereka cenderung diselesaikan dengan baik-baik. Tempat yang disukai dan dirasa nyaman adalah sekolah dan rumah. Dan orang yang banyak terlibat dalam mendengarkan permasalahannya adalah teman dan orangtua  Sedangkan remaja yang pasif tidak dapat bersosialisasi dengan baik, dan cenderung tidak mengikuti organisasi/ekstrakulikuler di sekolah. mereka menerima siapa saja yang mau berteman dengannya, karena sedikitnya orang-orang yang mau berteman dengannya. Dalam menyelesaikan masalah mereka cenderung menutup diri, memendamnya dan sesekali meluapkannya dengan menangis kemudian menyendiri. Dan tempat yang paling disukai dan membuat nyaman adalah rumah. Dan orang yang banyak terlibat dalam mendengarkan permasalahannya hanya orangtua. Dari aspek emosional, remaja yang aktif ini cenderung mampu mengendalikan emosi, mengalah dan menyelesaikannya dengan baik walaupun melalui beberapa perdebatan dahulu. Sedangkan remaja yang pasif ini cenderung banyak memendam perasaan sehingga dia akan meluapkan semuanya seketika sampai pada titik dimana ia mengumpulkan semua amarahnya. Dari aspek perkembangan karir dan belajar, remaja yang aktif ini lebih banyak mengkonsep atau merencanakan karirnya terlebih dahulu secara matang, seperti: keinginan untuk kuliah dan kuliah sambil bekerja. Keinginannya lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang pasif. Dari tingkat belajar dan pola belajar dari remaja yang aktif dan yang pasif jauh berbeda. remaja yang pasif cenderung memilih bekerja dan konsep karirnya belum terencana. Motivasi belajar remaja pasif kurang, baik itu dari diri sendiri, keluarga, ataupun lingkungan.

  1. Perkembangan Remaja Secara Umum Lainnya

Secara umum, masa perkembangan seksual/pubertas remaja adalah para remaja cenderung lebih banyak mendapatkan pengetahuan seksualitasnya dari teman  yaitu melalui perbincangan dengan teman sebayanya. Hal ini menandakan bahwa pendidikan seksualitas kurang diberikan kepada para remaja, untuk itu banyak remaja yang menjalani hubungan dengan lawan jenisnya terlewat batas. Tidak banyak dari mereka yang mau terbuka kepada keduaorangtua mengenai pengetahuan seksualitas. Pendidikan seksualitas seharusnya diberikan dengan cara:

  • Membangun komunikasi terbuka
  • Beri informasi soal fungsi reproduksi
  • Buka dialog pubertas
  • Diskusikan tindakan seksual dan resikonya
  • Ajarkan remaja cara bernegosiasi untuk hindari hubungan seksual.

Dan pada masa ini, remaja mulai membangun hubungan “pacaran” dengan lawan jenisnya, saling menyukai, main bersama, bahkan ada upaya mak comblang oleh sekelompok teman pada temannya yang menjadi objek comblangan, hal ini merupakan tugas perkembangan dalam mencapai peran pria dan wanita. Dan salah satu tugas perkembangan  yang mencakup aspek sosial adalah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yaitu mereka mulai memilih kelompok teman yang sesuai dengan keinginannya yaitu teman yang aktif, nyambung diajak ngobrol, nyaman, solidaritas tinggi, saling memahami satu sama lain. Dari kehidupan keluarga pada remaja ini, dimana mereka seringkali berselisih dengan keluarganya, mereka merasa dirinya benar dan tidak ingin disalahkan. Sehingga disini, peran orangtua adalah memperlakukan anaknya layaknya sahabat, tidak menyalahkan namun diselesaikan dengan membangun komunikasi yang baik.

Beberapa kebutuhan remaja yaitu:

  • Mencapai sesuatu
  • Kebutuhan superior: ingin menonjol, mendapat penghargaan
  • Kebebasan untuk menentukan sikap
  • Kebutuhan untuk menciptakan hubungan sosial.
  1. MASALAH DAN CARA PENYELESAIAN PADA FASE REMAJA SMA

Dalam fase remaja ini dikenal yang namanya tahap atau fase pengembangan karakter, dimana dalam fase ini seorang remaja dituntut untuk bersikap lebih dewasa dibanding dirinya di masa kanak-kanak dulu. Pada umumnya, permasalahan remaja banyak muncul dari lingkungan tempat ia belajar dan bermain, karena remaja sudah mulai ingin mandiri, dan bebas dari orangtua. Permasalahan yang muncul beragam mulai dari perselisihan antar teman, pacar, melanggar peraturan sekolah seperti membolos, nongkrong pada saat jam pelajaran, merokok dilingkungan sekolah, perselisihan dalam keluarga, dan permasalahan dalam belajar. Hal ini merupakan periode perubahan pada remaja, yaitu meningginya emosi, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran dalam pergaulan sosial. Remaja fase madya/pertengahan sangat membutuhkn kawan-kawan, ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli; ramai-ramai atau sendiri; optimis atau pesimis; idealis atau materialistis, dll.

Pola pikir dalam mengatasi masalah, remaja belum bisa membuat keputusan ketika mereka dihadapkan pada satu konflik dengan teman sebayanya. Mereka cenderung bingung untuk mengambil keputusan hingga mereka lari kepada seseorang yang dekat dengannya.

Inilah beberapa sikap remaja ketika mempunyai permasalahan:

  • Menjauh dari rumah ketika masalah timbul dari rumah, dan sebaliknya ketika masalah timbul di sekolah mereka menjauh dari sekolah
  • Kebanyakan dari remaja ini, tidak mengatakan kata “maaf”. Hanya saja mereka akan memperbaiki keadaan dengan cara sendiri, seperti: mengajak bicara duluan kepada orang yang bertengkar dengannya baik itu teman maupun keluarga ataupun memberikan sesuatu untuk memperbaiki hubungan.
  • Diam kadangkala membangkang ataupun menyelesaikannya dengan berkelahi.
  • Main diluar rumah dengan pelampiasan kearah yang negatif seperti meroko, meminum minuman keras, nongkrong di pinggir jalan, trek-trekan (balap motor)

Menurut psikolog David Elkind (1984,1998), ketidak matangan pemikiran remaja tersebut berasal dari kuranggnya pengalaman remaja dalam usaha untuk berfikir formal. Cara berfikir ini kemudian mengubah cara mereka memandang dirinya sendiri dan dunia mereka. Ketidakmatangan berfikir ini dapat di lihat dari enam karakterisktik yaitu :

  1. Idealisme dan mudah mengkritik saat remaja memimpikan dunia yang ideal, mereka menyadari seberapa berbedanya dunia nyata dengan yang mereka mimpikan dimana mereka menganggap orang dewasa yang bertanggung jawab atas keberadaanya tidak sesuai dengan yang mereka pikirkan. Mereka yakin bahwa mereka tahu lebih baik dari pada orang dewasa bagaimana menjalankan dunia. Pada masa ini mereka sering mencari-cari kesalahan orangtua mereka.
  2. Sifat Argumentatif rmaja terus menerus mencari peluang untuk mencoba dan menunjukan kemampuan penalaran mereka. Mereka sering menjadi argumentatif karena mereka menyusun fakta dan logika mereka untuk membangun kasus misalnnya tidur lebih larut di bandingkan dengan pendapat orangta mereka.
  3. Sulit untuk memutuskan sesuatu remaja dapat memikirkan banyak alternatif di pikirannya dalam waktu yang sama tetapi kurang memiliki strategi yang efektif untuk memilih misalnya pergi ke mall atau mengerjakan tugas sekolah.
  4. Kemunafikan yang tampak nyata, remaja muda sering tidak mengenali perbedaan antara mengekspresikan ideal seperti konservasi energi dan membuat pengorbanan yang di perlukan untuk hidup sampai itu seperti mengurangi mengendarai mobil.
  5. Kesadaran diri remaja yang berada pada tahap operasional formal dapat berfikir tentang berfikir baik mengenai diri sendiri maupun orang lain. Remaja sering menganggap orang lain berfikiran sama dengan mereka seperti remaja mungkin malu jika dia memakai gaun yang salah ke pesta mereka berfikir bahwa semua orang pasti melihat ke arahnya dengan pandangan ragu. Elkind menyebut kesadaran diri ini sebagai konseptualisasi “pengamat” yang peduli dengan pikiran dan perilaku remaja tersebut seperti dirinya sendiri.
  6. Keistimewaan dan kekuatan, Elkind menggunakan istilah dari personal fableu untuk menunjukan kepercayaan oleh remaja bahwa mereka istimewa.

 

BAB IV

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Fase-fase masa remaja menurut Monks dkk. (2004) dibatasi antara usia 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara continue, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Tugas perkembangan remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991), begitu pula dengan perkembangan karakteristik remaja terutama siswa SMA, diantaranya perkembangan fisik, seksualitas, berpikir, emosi, kehidupan sosial, moral, dan kepribadian. Observasi dilaksanakan di sebuah SMK Lugina yang bertempat di Rancaekek Kabupaten Bandung. Siswa-siswi SMK merupakan remaja yang berada pada fase remaja pertengahan yaitu usia yang berkisar 15-18 tahun. Observasi ini meneliti beberapa perkembangan pribadi, emosional, sosial, belajar, karir, minat dan bakat.

 

Tinggalkan komentar